RUKUN 

Mazmur 133:1

“Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!”

 

Banyak orang yang kehidupannya saling membicarakan satu sama lain karena ketidakpuasan dan prasangka-prasangka tertentu. Sehingga menjadikan tampak rukun diluar namun di dalam rapuh dan dingin.

Mazmur 133 mengungkapkan tentang betapa pentingnya kerukunan dan kekeluargaan dalam kehidupan bersama sebagai umat Allah. Indahnya kerukunan itu bahkan digambarkan dengan minyak di atas kepala Harun yang mendatangkan berkat dan embun Gunung Hermon yang mendatangkan kesegaran yang baru (Ayat 2-3).

Pertanyaannya, apa yang menjadi definisi “rukun” di sini? Apa tolok ukur sebuah “kerukunan” menurut sang pemazmur? Dalam bahasa Ibrani, kata “rukun” adalah ya-had yang berarti unity atau “kesatuan”. Kata “rukun” di sini ternyata tidak sekadar berarti tidak ada konflik, tetapi juga situasi ketika terjadi kesatuan di tengah berbagai macam perbedaan yang ada. Kesatuan yang dimaksud di sini tentu bukanlah penyeragaman, melainkan dialog dan interaksi yang membangun kesehatian untuk mencapai satu tujuan bersama.

Maka, kerukunan bukanlah sekadar situasi tanpa konflik. Kerukunan yang sejati terjadi ketika dalam kehidupan bersama terjadi dialog dan “ketersalingan” yang bersifat membangun. Mari hidup dalam kerukunan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *