Yakobus 3:17
“Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”
Kondisi jemaat Kristen dalam surat Yakobus sedang dalam keadaan miskin dan teraniaya. Mereka sulit mencukupi kebutuhan dasarnya. Ketika kebutuhan dasar sulit diperoleh, maka kesulitan itu menjadi ujian bagi jemaat. Maka melihat kondisi tersebut, Yakobus mengajak jemaat untuk hidup dengan pedoman hikmat yang dari atas. Apa artinya? Yakobus menolong dengan memberikan jembatan antara konsep rumit tentang hikmat dengan kehidupan praktis sehari-hari. Hikmat itu bukan sekedar konsep dan pengetahuan, melainkan juga sesuatu yang nyata dan terlihat dalam perilaku sehari-hari.
Ada dua jenis hikmat, yaitu hikmat dari dunia dan hikmat dari Allah. Keduanya menghasilkan perilaku hidup yang berbeda. Mereka yang menyepelekan hikmat dari Allah akan terus dikuasai oleh perasaan iri hati, pementingan diri sendiri, congkak, dan berdusta melawan kebenaran (ayat 14). Sebaliknya, setiap orang yang hidup berdasarkan hikmat dari Allah akan hidup dalam kedamaian, jauh dari perselisihan, ramah terhadap orang lain, menghasilkan buah-buah kebajikan, tidak memihak, dan tidak munafik (ayat 17). Di sinilah juga Yakobus menolong kita untuk menjadi manusia ciptaan baru yang menghadirkan damai sejahtera. Ketika kita hidup berpedoman pada hikmat Allah, kita akan menjadi sosok pembawa damai dan pelaku kebajikan yang jauh dari perselisihan. Dengan demikian, damai sejahtera akan terwujud.
Pada akhirnya refleksi kita saat ini adalah hidup yang sesuai dengan hikmat Allah adalah hidup yang mendatangkan damai sejahtera. Selamat berefleksi dan berhikmat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin.